Abdur Stand Up Comedy
Untuk SUCI 4, saya suka sama Abdur. Bukan hanya (not only) karena saya keturunan Indonesia Timur yang pernah tinggal di NTT, tapi juga (but also - inget, kalu ujian toefl, not only itu pasangannya selalu but also), karena materinya yang jleb banget. Karena orangnya pinter dan semangatnya membahana, selain tertawa, saya juga ikut terbawa. Apalagi waktu dia ngomong soal nonton bola dari tribun barat dan tribun timur. Itu membuat saya teringat masa lalu, waktu masih jalan kaki ke sekolah (ehm, sekarang naik kelas, ke kantor pake komuterline, walaupun keringat yang dihasilkan dalam perjalanan masih sama aja).
Tahun 1996, waktu saya liburan ke Surabaya, saya seneng banget pas diajak pergi ke Tunjungan Plaza. Lihat bangunan yang isinya toko semua itu sangat-sangat menghibur, atau lebih tepatnya membuat kagum. Di Kupang, tahun 2000 aja belum ada mall, yang ada cuma kiosnya bibi di depan rumah. Air juga susah (ga kayak sekarang yang sumber air su dekat). Rumah yang kami tempati waktu itu berdiri di atas karang, jadi mau gali sumur adalah sebuah hal yang mustahil, sama seperti mengharapkan Sherina mau balikan sama Raditya Dika :D
Hampir semua rumah di sana dilengkapi dengan bak penampungan air (di rumah saya dulu ukurannya sekitar 2 x 1 x 1 meter kubik). Itu untuk menampung air yang kita beli (entah dari mana, pokoknya waktu itu bilangnya, beli tengki). Kalau lagi pas ada duit, kita beli tengki. Kalau pas lagi bokek, ya kita angkat air buat mandi kita sendiri. Ambilnya dari mata air, namanya mata air Oeba, yang jauhnya lumayan juga, jalan pergi-pulang bisa buat debu yang nempel dikaki susah dibersihkan, harus pake sikat pakaian.
Nah, kalau mau mandi, biasanya kita dijatah, satu ember saja. Kalau mau sama pup, boleh lah 1,5 ember, terserah gimana manajemennya. Itulah sebabnya sampai hari ini, saya terbiasa mandi sekali sehari (hahaha,,,pembenaran).
Waktu saya baru pindah ke Kupang, saya memang agak kagok. Mereka berbicara dengan sangat cepat. Dulu waktu di Dili (saya lahir dan besar di sana), kami berbicara dalam bahasa Indonesia yang lengkap. Saya ya saya, tidak ya tidak. Nah, sebelum berangkat ke Kupang, saya sudah belajar dulu beberapa kata. Misal, saya itu beta. Tidak itu sonde. Saya ingat-ingat terus kata-kata itu, dengan harapan saya dapat memahami percakapan orang di Kupang. Tapi pada saat sampai di sana, semua berbeda, dan saya tidak mengerti. Mereka berbicara sangat cepat, secepat tendangan Cristiano Ronaldo. Kalimat "Beta sonde mau pergi" menjelma menjadi "Be son mo pi." Yah ampuun, bagaimana bisa mengerti...
Tapi ternyata, practice makes perfect itu sungguh benar adanya. Dalam 3 bulan saya sudah fasih berbicara dengan gaya Kupang. Bahkan lebih Kupang dari orang Kupang. "Mau pergi kemana" menjadi "mo pi ma". (tetooot,,anda salahh,,wkwkwkwk).
Yang saya salut tentu saja adalah persahabatan di sana. Saya punya teman yang hanya satu tahun saja bersama (saya cuma satu tahun saja tinggal di Kupang). tapi mereka selalu sayang sama saya dan selalu mencari saya jika ada kesempatan.
Balik lagi ke Abdur (dari tadi maunya bahas Abdur malah jadi keliling kota Kupang).
Saya sangatlah berharap, Abdur bisa jadi juara 1 di ajang SUCI 4. Apa daya, juri berpendapat lain. Mungkin yang dicari cuma yang lucu karena itu ajang komedi, sedangkan Abdur paket lengkap, yang walau pun lucu dia jugacerdas. Jadi benar kata salah satu juri, Abdur lebih banyak memancing "wuihhh" alias decak kagum penonton ketimbang "hahaha" alias tawa yang terpingkal-pingkal. Yang jelas, saya tetap ngefans sama Dodit (lho?!)
Hehe,,saya ngefans sama Abdur dan Dodit :) Tapi dua-duanya ga ada yang menang. Glek.
Hehe,,saya ngefans sama Abdur dan Dodit :) Tapi dua-duanya ga ada yang menang. Glek.
Komentar
Posting Komentar