si mbah senen

Kemarin saya pergi Cibubur. Biasanya kalau ke Cibubur saya berangkat dari kos jam 7 (kos saya di Gunung Sahari II), jalan kaki sampai mendekati terminal Senen dan menunggu di sana (bis Senen-Cileungsi yang saya tunggu biasa ngetem di situ).

Kemarin pagi saya kepingin sampai Cibubur lebih cepat, jadi saya berangkat dari kos jam 6.20. Sampai di tempat biasa saya lantas duduk di sebuah bangku di pinggir trotoar. Tetiba dari suatu bangku lain (karena trotoarnya lebar, ada bangku -dan warung- di situ juga), seorang wanita tua menyapa saya, berkata, "teng mriki mawon mbak," (di sini saja (duduknya), mbak -red) sambil menunjuk ke sebelah bangkunya. Saya yang sudah terlanjur duduk di bangku pinggir trotoar berkata "teng mriki mawon mbah." (di sini saja, mbah -red).

Jadilah setelah itu si mbah tersebut mengajak saya ngobrol. "Omah'e neng di mbak?"  (Saya jawab kulo ngekos teng Gunung Sahari 2 niku mbah).

Terus si mbah tanya lagi "lha, saking pundi to asline?"  (Saya jawab saking Semarang).

Si mbah kemudian berkata ""ooo,,aku iki wong Yogya... (Saya hanya manggut-manggut).

Habis itu, si mbah itu berkata, "aku ki ket mau ngenteni mbok jamu kok yo ra ono sing liwat yo." 
Saya yang tadi dalam perjalanan dari kos ke situ melihat mbok jamu berkata pada si mbah itu "niku wau enten mbok jamu, ning numpak pit mbah. teng mriko," kata saya sambil menunjuk ke arah di mana saya tadi melihat mbok jamu.

Lalu si mbah itu bercerita tentang banyak hal, tentang dulu beliau di Jogja lalu ke Jakarta (saya kurang begitu menyimak, bising banget kendaraan di situ), tentang sewa tempat untuk buka warung di sekitar situ (larang, mbak), tentang seorang wanita yang lewat situ dan mengajak si mbah itu bicara sebentar (woo arep nyilih duit, aku yo ra nduwe..kui umur'e wis seket papat lho mbak, ning ora duwur-duwur - wanita itu memang agak tidak terlalu tingi),  dan entah tentang apa lagi..

Kemudian ada mbok jamu yang menepi. si mbah itu kemudian berkata, "woo iki lho sik tak arep-arep. iki jenenge sri, mbak" si mbah itu memperkenalkan mbok jamu itu pada saya. si mbah kemudian dibikinkan jamu (dua, yang satu warna hitam pekat, yang satu warna coklat). Saya cuma mangut-manggut.

Yang bikin saya heran, setelah mbok jamu itu pergi, si mbah itu malah berbicara pada saya dengan Bahasa Indonesia (dari awal tadi Bahasa Jawa terus), begini, "tak pikir tadi orang Manado lho mbaknya..."

:D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ice Breaking Game

Tangkap Jari

Rahasia Kesuksesan Yusuf