My Perfect Wedding

My wedding was perfect. Setidaknya itu yang saya rasakan, karena semua rasa lengkap. Tak hanya senang, ada kesal, khawatir, senang, panik, cemas, senang, bingung, geregetan, senang lagi...jadinya, perfect. Lalu, acara yang cuma 1,5 jam pemberkatan dan 2 jam resepsi terasa begitu indah, sehingga seperti sangat cepat berlalu, seperti masih kurang lama, seperti pengen lagi.

Seminggu sebelum pernikahan berlangsung, ayah saya mengatakan sepertinya ia tidak dapat ikut naik ke stage untuk mendampingi kami menerima ucapan dari tamu yang datang karena ia merasa kurang sehat. Namun seiring berjalannya waktu, ayah saya kemudian mengatakan dirinya bisa (dan I was so happy to know that).

Ini foto pada ngeliat ke mana-mana :D

Lima hari menjelang pernikahan, baju pengantin saya dibawakan oleh tukang jahit ke rumah. Sudah di-dry clean jadi putih berkilau, cantik deh bajunya. Waktu saya coba, ehemmm,,, kedodoran. Dan tukang jahitnya sudah ngga bisa lagi mengecilkan, karena waktunya mepet dan saya juga sudah tidak enak (3 kali dia mempermak -membesarkan baju itu karena saya tambah gendut, tapi sebulan menjelang pernikahan saya mengurus dengan sendirinya). Akhirnya ya sudah, mau gimana lagi.

Tiga hari menjelang pernikahan, mas Adit (waktu itu masih calon suami saya) menelepon, mengatakan ia sudah tiba di Jogja (rumahnya) dari Jakarta (tempat kerjanya), dan mengatakan bahwa ia kehilangan cincin kawin. Ckckckckckkck, harus saya akui saya ini sangat pelupa, tapi mas Adit, dia pelupa sangat, sangat pelupa, jadi kuadrat pelupanya saya. Saya panik, bingung dan geregetan, jadi ngomel-ngomel ga karuan (kamu gimana sih, ga teliti banget, kok bisa cincin kawin ilang, itu kan penting, mau diberkati di gereja,  aku mboh pokokmen, bla bla bla), dan mas adit menjawab pendek, "yo wis nanti tak urusnya."

Dua hari menjelang pernikahan, saya ke salon, mau pedicure. Jadi malu, jarinya kapalan semua wkwkwkwkwk..kesian tu yang mempedicure, sampe keringetan. Ohiya, siangnya kami gladi bersih di gedung resepsi dengan para penari, lalu malamnya latihan untuk ibadah pemberkatan bersama pendeta dan para pemusik. Saya sangat senang, pemusiknya oke, penyanyinya juga oke.

Hari H, jam setengah 5 pagi saya berdandan di salon. Waktu di dandan, saya poisisinya berbaring, trus perut saya krucuk-krucuk, jadi malu sama tantenya salon hihihi, padahal sebelumnya saya sudah makan roti pisang satu utuh (balik dari salon, sebelum berangkat, saya menghabiskan bihun sepiring dan nasi beserta lauk sepiring lagi). 

Waktu masih di salon itu adik saya telepon. "mbak, mas Adit mana? Ini mobil pengantin malah sudah di sini, mas Aditnya ga ada, lu-nya belum balik dari salon."  Nah lo jadi bingung saya. Harusnya, mas Adit itu berada di salon yang sama dengan saya, dandan, lalu dia pulang dulu ke basecamp-nya, trus dengan mobil pengantin menjemput saya di rumah. Nah ini, di salon dia ga ada, ditelpon dia ga angkat, trus mobil pengantin tetiba nongol di rumah saya, tapi mas Aditnya ga ada. Dan saya dengan sukses bingung ga karuan lagi. Tapi ya sudah, saya biarkan saja, apa yang terjadi terjadilaaah.



Jam 8 kurang 10 saya pulang ke rumah, lalu foto-foto dulu dengan mama, sambil menunggu mas adit sekeluarga datang menjemput. Jam 9 kurang mereka datang, kami berdoa dan berangkat ke gereja. Masuk ke mobil pengantin, ternyata saya ga muat. Tatanan rambut saya agak terlalu tinggi, rok saya dilapisi kurungan ayam, sementara di langit-langit mobil ditambahkan busa yang membuat ruang dalam mobil semakin rendah. Hehehe..jadi saya duduk pas di tempat yang busa mobilnya agas ke atas (agak kurang nyaman memang), sampai akhinya saya menemukan posisi yang tepat, agak melorot :D

Masuk gereja, suara piano berkumandang, diiringi saxophone dan disusul nyanyian Wonderful Day yang megah. Rasa haru merasuki saya, membuat saya merinding. So really-really amazing. Ini musik yang saya inginkan untuk pernikahan saya, dan ini terwujud. Sepertinya para jemaat yang hadir juga merasakan perasaan yang sama, karena saya bisa merasakan suasana di situ (saya tidak dapat melihat karena tidak mengenakan kacamata, hanya dapat merasakan saja).



Ibadah pemberkatan berlangsung kudus, hikmat dan lancar. Pada saat pengucapan janji nikah. Mas Adit mengucapkannya dengan suara bergetar, membuat saya ingin menutup telinga supaya saya tidak menangis. Dan pas giliran saya, saya berusaha keras untuk mengatur nafas agar suara saya tidak bergetar dan agar tidak menangis (untung tidak menangis, nanti make-up bisa luntur hehe..). Alhasil saya mengucapkannya dengan sangat lambat. Mungkin pak Pendeta merasa sudah cukup lama saya mengucapkan janjinya, sehingga beliau berkata "sekarang Saudara berdua dipersilakan saling berhadapan" padahal saya belum selesai mengucapkan janji nikah (saya belum sempat mengucapkan "saya yang berjanji, Maria Alexandra Leonora Marcus),, jadi yaaaahh dilanjutkan dalam hati saja :D



Dari pemberkatan kami menuju ke resepsi. Prosesi masuk dirancang seperti ini: mas Adit, ditemani seorang penari, menunggu di dalam ruangan. Saya, seorang penari lagi, bridesmaid dan keluarga bersiap di pintu masuk, lalu begitu lagu Beautiful in White mulai dimainkan, kami melangkah bersama, dan bertemu di tengah ruangan. Asiiikk..

Waktu kami tiba di tempat resepsi, waktu belum menunjukkan pukul 12, jadi saya menunggu di ruang rias. Alangkah tepatnya saat itu, saya kok kebelet pipis. Awalnya saya tahan, tapi lama kelamaan kok makin kebelet. Saya kemudian memutuskan untuk pipis saja (mengambil risiko melepas kurungan ayam dan ribet dengan gaun).

Devi sang bridesmaid buru-buru mencarikan di mana toilet gedung resepsi itu sementara saya tetap berada di ruang rias. Tapi kok Devi perginya lama sekali. Saya akhirnya mengambil inisiatif untuk bertanya pada orang katering yang standby di dekat situ. Kemudian saya melalui pintu belakang pergi ke toilet dengan berjalan sambil mengangkat gaun dengan terburu-buru. Pada saat saya di toilet, saya mendengan intro lagu Beautiful in White berkumandang, hiyaaaaaaaaa...ini bagaimana. Kemudian terdengar suara MC menghentikan lagu itu. Dapat saya bayangkan para panitia pasti sibuk mencari saya. Habis mau bagaimana, kebelet pipis tak bisa ditahan, dari pada dua jam di pelaminan menerima tamu dengan senyum kecut menahan pipis, lebih baik begini, hehehe...

Akhirnya kebelet pipisnya selesai, buru-buru saya kembali ke ruang rias, mengenakan lagi kurungan ayam, lalu bergegas ke pintu depan gedung. Oh indahnya prosesi masuk ini, saya begitu happy. Saya berjalan masuk didahului oleh seorang penari yang gemulai, diiringi bridesmaid dan keluarga tercinta. Dari sudut lain (kayak tinju aja), mas Adit juga berjalan dengan gagah (menurut saya gagah, hihi), juga didahului seorang penari. Kami bertemu di tengah ruangan, kemudian mas adit berlutut dan memberi bunga pada saya. So sweet. Tamu-tamu juga sepertinya senang menyaksikannya.




My wedding was perfect. Semua rasa lengkap.







Komentar

  1. kurang panjaaaang, harusnya bisa jadi novel ini...
    hihi... :p

    BalasHapus
  2. okeeeeeeee...nanti dibuat yang versi novelnya daah :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ice Breaking Game

Tangkap Jari

Rahasia Kesuksesan Yusuf