Pengelolaan Emosi
Mengelola emosi bagi orang yang mengalami gangguan emosi sama halnya seperti menyuruh orang yang tidak bisa berenang untuk berenang. Perlu waktu, perlu latihan, perlu dorongan dari dalam diri, dan (bagi sebagian orang) perlu orang yang mendampingi (untuk renang, perlu guru renang).
Gangguan Emosi terbagi dua yaitu externalizing dan internalizing. Untuk yang externalizing, emosi individu teraktualisasi dalam perilaku yang melibatkan orang lain, misalnya agresivitas. Seseorang dengan emosi marah yang sangat besar cenderung meledak-ledak, menyerang orang lain baik fisik maupun verbal (langsung maupun tidak langsung). Selain itu, gangguan emosi externalizing bisa juga berupa perilaku tidak taat pada aturan atau juga melakukan tindak pidana.
Untuk yang internalizing, emosi individu mengarah ke dalam dirinya, seperti, kemurungan, gangguan kecemasan, gangguan makan, ketidakmampuan berinteraksi sosial, menarik diri, bahkan sampai depresi dan bunuh diri.
Individu yang terkena gangguan emosi tidak dapat menahan emosinya. Di saat tersebut, ia tidak dapat memikirkan konsekuensi dari luapan emosinya, hanya harus diluapkan. Bisa saja hanya karena satu faktor pemicu (yang mungkin bagi orang lain merupakan hal biasa) dapat menyinggung perasaannya dan ia emosi. Individu dengan gangguan emosi tipe externalizing bisa saja kemudian menyerang orang yang menyinggungnya, meluapkan kemarahan baik dengan mengamuk ataupun memukul atau bisa menabrak orang tersebut. Sedangkan individu dengan gangguan emosi tipe internalizing bisa saja menjadi tidak ingin bicara dengan orang yang membuatnya tersinggung, kemudian menyendiri, menangis tak berhenti, murung dan berpikir ke dalam, menyalahkan diri sendiri, memandang diri sendiri negatif. Hal tersebut memiliki dampak yang sangat beragam terhadap individu tersebut.
Butuh orang yang mendampingi individu dengan gangguan emosi untuk dapat membantunya mengelola emosi. Orang tersebut sebaiknya adalah orang yang dekat dengan individu (butuh acceptance yang sangat tinggi juga kesabaran luar biasa). Si pendamping harus bersedia untuk menyaksikan bagaimana gangguan emosi mempengaruhi individu secara negatif, kemudian memberikan kilas balik dengan cara yang tepat agar individu dapat memahami akibat dari perilakunya.
Bagi individu sendiri, terapi dimulai dari modifikasi pola pikir. Apa yang membuatnya tersinggung, dibandingkan dengan bagaimana reaksinya dan apa akibat reaksi tersebut bagi dirinya. Pola pikir yang perlahan berubah kemudian didukung dengan pendampingan yang tepat akan dapat membantu individu mengatasi gangguan emosi.
Gangguan Emosi terbagi dua yaitu externalizing dan internalizing. Untuk yang externalizing, emosi individu teraktualisasi dalam perilaku yang melibatkan orang lain, misalnya agresivitas. Seseorang dengan emosi marah yang sangat besar cenderung meledak-ledak, menyerang orang lain baik fisik maupun verbal (langsung maupun tidak langsung). Selain itu, gangguan emosi externalizing bisa juga berupa perilaku tidak taat pada aturan atau juga melakukan tindak pidana.
Untuk yang internalizing, emosi individu mengarah ke dalam dirinya, seperti, kemurungan, gangguan kecemasan, gangguan makan, ketidakmampuan berinteraksi sosial, menarik diri, bahkan sampai depresi dan bunuh diri.
Individu yang terkena gangguan emosi tidak dapat menahan emosinya. Di saat tersebut, ia tidak dapat memikirkan konsekuensi dari luapan emosinya, hanya harus diluapkan. Bisa saja hanya karena satu faktor pemicu (yang mungkin bagi orang lain merupakan hal biasa) dapat menyinggung perasaannya dan ia emosi. Individu dengan gangguan emosi tipe externalizing bisa saja kemudian menyerang orang yang menyinggungnya, meluapkan kemarahan baik dengan mengamuk ataupun memukul atau bisa menabrak orang tersebut. Sedangkan individu dengan gangguan emosi tipe internalizing bisa saja menjadi tidak ingin bicara dengan orang yang membuatnya tersinggung, kemudian menyendiri, menangis tak berhenti, murung dan berpikir ke dalam, menyalahkan diri sendiri, memandang diri sendiri negatif. Hal tersebut memiliki dampak yang sangat beragam terhadap individu tersebut.
Butuh orang yang mendampingi individu dengan gangguan emosi untuk dapat membantunya mengelola emosi. Orang tersebut sebaiknya adalah orang yang dekat dengan individu (butuh acceptance yang sangat tinggi juga kesabaran luar biasa). Si pendamping harus bersedia untuk menyaksikan bagaimana gangguan emosi mempengaruhi individu secara negatif, kemudian memberikan kilas balik dengan cara yang tepat agar individu dapat memahami akibat dari perilakunya.
Bagi individu sendiri, terapi dimulai dari modifikasi pola pikir. Apa yang membuatnya tersinggung, dibandingkan dengan bagaimana reaksinya dan apa akibat reaksi tersebut bagi dirinya. Pola pikir yang perlahan berubah kemudian didukung dengan pendampingan yang tepat akan dapat membantu individu mengatasi gangguan emosi.
Komentar
Posting Komentar