Menikah

Kata orang, pernikahan adalah perjalanan. Pernikahan itu proses penyesuaian sepanjang perjalanan dan perjalanan itu tidak selamanya indah. Katanya juga, pernikahan berbeda dengan acara pernikahan. Dalam acara pernikahan, kedua mempelai bagai raja dan ratu, sedangkan dalam pernikahan, yaaa,,bisa juga jadi raja dan ratu, tapi bukan dilayani melainkan saling melayani.

Ehm... tentang saling melayani
Masing-masing (suami mau pun istri) mengemban tugas yang berbeda, sesuai perannya masing-masing, sesuai ciri khas jenis kelamin masing-masing :) )
Dari dulu sampai sekarang, tugas istri tidak dapat digantikan oleh suami, seperti mengandung anak-anak, melahirkan, serta menyusui mereka. Itu semua dilaksanakan oleh istri sedangkan suaminya bertugas menjaga, melindungi, menjadi pemimpin serta memberi nafkah bagi keluarga.

Di samping tugas-tugas utama itu, ada banyaaaaaaaaaaaakk sekali kegiatan dalam kehidupan keluarga. Memasak dan menyiapkan makan, membersihkan rumah, menemani anak bermain, memberi perhatian pada keempat orangtua, memberi makan hewan piaraan, mencuci baju, mencuci piring, merawat perabotan, memperbaiki bila ada yang rusak, membayar listrik, mencuci kendaraan, mengantar anak ke sekolah, menemani mereka belajar, membeli gas, membuang sampah, menyeterika baju, membereskan lemari, daaan lain-lain.

Di negeri seberang lautan sana sudah banyak orang yang memutuskan untuk tidak menikah, hanya tinggal bersama, agar terbebas dari berbagai tanggung jawab jika menjadi suami/istri. Lalu mengapa masih ada yang tetap ingin menikah? Jika begitu banyak tugas, tanggung jawab (yang artinya begitu banyak waktu pribadi yang dihabiskan untuk mengurus kebutuhan yang bukan kebutuhan diri sendiri), mengapa masih juga mau menikah?

Jawabannya adalah kebutuhan akan cinta, diperhatikan, belong to someone and/or family. Jadi,,,kita sebenarnya bersedia membayar mahal (menerima semua tanggung jawab yang banyak dalam rumah tangga) untuk memenuhi kebutuhan psikologis kita. Orang yang menikah berarti memiliki seseorang atau keluarga untuk menyalurkan perasaan cintanya serta menerima ungkapan cinta dari seseorang atau keluarganya. Dengan demikian kebutuhannya terpenuhi dan ia menjadi bahagia :)

Komentar

  1. Balasan
    1. hihihihihi..pada kenyataannya, bahagia itu karena kita memberi. Dan dalam keluarga, kita selalu memberi. Memberi waktu, tenaga, perhatian, terutama, memberi cinta. And that's why, we are happy. As Dalai Lama said, if you want others to be happy, practice compassion. If you want to be happy, practice compassion.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ice Breaking Game

Tangkap Jari

Rahasia Kesuksesan Yusuf