Stres

Seorang pegawai accounting mengeluh pada temannya karena harus menyelesaikan laporan keuangan yang tertunda akibat ada rekan kerja yang mengundurkan diri. Ia merasa lelah kemudian berkata,  "Bos gue nyuruh nglembur terus, haduh, stres gue"

Seorang mahasiswa dengan terburu-buru pulang ke kos-nya untuk mengambil tugas yang ketinggalan. "Ini pasti gara-gara gue stres deh, masa apa-apa jadi lupa"

Sekelompok anak sekolah yang duduk bersama mengomentari temannya yang lewat sambil menghafalkan sesuatu. "Dasar orang Stres. Ngomong sendiri jawab sendiri"

*

Kata stres sering kita gunakan sehari-hari. Tapi sebenarnya apakah stres itu? 

Pegawai accounting di atas memaknai stres sebagai keadaan fisik yang menurun akibat beban kerja berlebihan. Si mahasiswa menganggap stres adalah kehilangan daya ingat, sedangkan anak-anak sekolah di atas memaknai stres sebagai 'gila'.

(Ehm,,terpaksa saya menyebut nama tokoh) Hudson (bukan Hudson yang penyanyi setengah itu yaaaa) mengatakan bahwa stres adalah respon individu secara psikologis maupun fisik, yang muncul ketika individu merasa dirinya berada dalam situasi yang mengancam. Respon psikologis yang muncul dapat berupa kecemasan yang dialami oleh individu, seperti kekhawatiran, ketakutan dan keprihatinan, sedangkan respon fisik dapat berupa kelelahan fisik dan penyakit-penyakit seperti jantung dan tekanan darah tinggi. 

Trus, sekarang menurut saya nih, (Alexandra) - hehehehe, stres itu adalah respon fisik dan psikologis yang muncul akibat ketidakseimbangan antara faktor internal seseorang dengan faktor eksternalnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, faktor eksternal yang biasanya menjadi penyebab stres misalnya kemacetan, atau kondisi lingkungan yang mencekam, atau juga kondisi perekonomian yang mengancam.

Di tempat kerja, kondisi-kondisi eksternal juga bisa menjadi sumber stres, misalnya gaya kepemimpinan atasan, beban kerja yang berlebihan, deadline yang mencekik bahkan rekan kerja yang menyebalkan. Bayangkan saja jika, kita sudah bekerja dengan maksimal (lembur terus, berdiskusi dengan berbagai pihak - sampai bisa adu mulut juga - , harus baca literatur yang banyak, rekan kerja yang tidak mendukung) tapi ternyata atasan kita (yang karena sangat sibuk) tidak sempat membaca hasil kerja kita (cuma baca halaman depannya doang) tiba-tiba berkomentar "apa ini? ngaco!"

Bisa meledak kita. Hehe... 

Paling menjengkelkan lagi, jika, ada rekan kerja kita  yang beban kerja sama dan bosnya juga sama, tidak merasa stres dan dia berkata "apa sih, gitu aja stres". (dan kita dengan sukses menjadi tambah stres, merasa tidak ada yang mengerti kita, tidak ada yang senasib dengan kita). 

Seperti contoh diatas, ada orang yang bisa stres karena  sebab eksternal tertentu, tapi ada yang tidak stres padahal menghadapi hal yang sama. Yang membedakan seseorang dengan orang yang lain (ada yang macet ga stres, atau ekonominya melarat juga santai aja, tapi ada juga yang cuma karena macet sebentar jadi stres, atau hanya karena ga bisa beli alphard - padahal udah punya mercy - jadi stres) adalah faktor internal. 

Faktor internal individu terbagi menjadi, kondisi fisik seperti penyakit bawaan atau kondisi fisik tertentu lainnya, serta kondisi psikologis seperti pengelolaan emosi, bagaimana cara pandangnya terhadap sebuah kondisi yang berubah, serta bagaimana ia memaknai sebuah kegagalan. Kondisi internal ini sangat dipengaruhi latar belakang sesorang, seperti kondisi kesehatan orangtuanya, bagaimana pola asuhnya, bagaimana kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungan keluarganya, pengalaman-pengalaman masa lalu (yang positif seperti pernah menjuarai turnamen tertentu, sering menerima pujian dari orang sekelilingnya, atau yang negatif seperti pernah jadi korban perang, pernah kena bencana alam atau pernah menerima tindak kekerasan).

Kalau kita mau menilai seseorang (paling ga, mengomentari), cobalah untuk memahami orang tersebut dulu secara seimbang. Seringkali kita berpikir "cape de, gitu doang bisa stres, gue yang ngadepin lebih parah aja biasa aja". Nah kalau mau mengomentari, kita juga harus menempatkan diri kita seperti orang tersebut dengan mempertimbangkan tidak hanya kondisi eksternal melainkan juga internal. Siapa tau orang tersebut pernah mengalami kejadian yang kita tidak pernah alami.


========================================================================
Rujukan: Hodson, C. 2001. Psychology and Work. New York : Routledge.
Sumber Gambar: 
1. art.saloon.ru
2. toniart57.deviantart.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ice Breaking Game

Tangkap Jari

Rahasia Kesuksesan Yusuf