Padang Rumput dan Padang Gurun
Pandanglah Allah dan ajarannya dengan seimbang. Sebagai Bapa, Dia mengasihi dan membelai kita, tetapi juga menghajar bila kita salah. Ia menopang saat kita jatuh, namun Ia pun setia mengingatkan bila kita kelewat batas. Dia menyediakan semua yang kita butuhkan, namun Ia mendidik untuk tetap berpengharapan padaNya, seperti yang disebutkan dalam Alkitab, tentang Padang Rumput dan Padang Gurun.
Seringkali kebanyakan dari kita berpandangan bahwa Allah hanya akan memberikan kenikmatan bagi kita. Bahwa segala yang nyaman, mudah, indah dan menyenangkan akan SELALU diberikan kepada kita. Ini kita sebut sebagai teologi padang rumput. Padang rumput dimaknai sebagai tempat yang sejuk, nyaman, tenang dan subur melimpah, seperti bunyi Mazmur 23 berikut:
(1) Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (2) Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; (3) Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. (4) Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. (5) Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. (6) Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.
Namun, di bagian Alkitab yang lain, tercatat kondisi bertolak belakang, yang kita sebut sebagai teologi Padang gurun. Padang gurun dimaknai sebagai kondisi kering, susah, gersang dan tandus, seperti bunyi Habakuk 3 berikut ini.
(17) Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, (18) namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
Dari sini kita belajar, bahwa sebaiknya kita memandang Allah dan ajarannya dengan seimbang. Tidak semestinya kita menuntut Allah untuk memberikan semua kenyamanan yang kita inginkan, dan tidak seharusnya kita marah bila apa yang kita minta secara khusus tidak diberikan oleh Allah.
Dengan segala kondisi yang diciptakan oleh-Nya, Allah pasti memiliki tujuan khusus bagi kita. Intinya adalah kita selalu berharap padaNya dan bersyukur senantiasa, di dalam setiap kondisi tersebut.
Tuhan Memberkati ^^,
Thanks to Bp. Darman D.S.
Komentar
Posting Komentar