Liburan Ke Lombok
Beberapa minggu yang lalu saya dan suami berlibur ke lombok untuk mengisi liburan (dia, saya sih bela-belain ambil cuti hehehe...). Berangkat dari jakarta hari sabtu sore, 20 Juni 2015, kami berlibur selama 3 hari full (21, 22, 23 Juni), lalu kembali lagi ke jakarta tanggal 24 Juni pagi hari.
Liburan ke Lombok sangat menyenangkan karena ada cukup banyak tempat yang bisa dikunjungi dan dinikmati keindahannya. Tapi jangan salah, kaki jadi pegel-pegel semua, karena ada soft trekking, snorkling dan bicycling.
Rencana liburan kami susun sendiri, dengan berpedoman pada goolge dan tanya-tanya ke teman yang orang Lombok (tapi tahu nggak,, dia belum pernah sekali pun ke Gili Trawangan, ckckckck). Biaya yang dikeluarkan tidak dapat dibilang murah, tapi affordable lah, dengan tiket PP Garuda CGK-PRY 1.500.000 rupiah per orang.
Kami menginap di Puji Guest House, penginapan yang letaknya strategis, di belakang mall Mataram. Harga menginap per malamnya 175.000 rupiah, dengan fasilitas kamar mandi dalam, AC, TV, breakfast, Wi-fi, dan tentu saja kamar buat tidur, hehehe....
Kami menginap di Puji Guest House, penginapan yang letaknya strategis, di belakang mall Mataram. Harga menginap per malamnya 175.000 rupiah, dengan fasilitas kamar mandi dalam, AC, TV, breakfast, Wi-fi, dan tentu saja kamar buat tidur, hehehe....
Hari 1 (22 Juni 2015)
Jadwal kami di hari pertama hanya mengunjungi satu tempat saja, yaitu air terjun di desa Senaru. Ada dua spot air terjun di sana, yang pertama Sendang Gile, yang kedua Tiu Kelep. Saya sangat bersemangat sekali karena jujur saja, sampai umur 30 tahun ini saya belum pernah melihat langsung seperti apa air terjun itu.
Kami menyewa mobil sekaligus driver untuk ke sana, karena perjalanan dari Mataram (kami menginap di kota Mataram) ke Senaru memakan waktu kira-kira 2,5 jam dengan medan yang naik turun. Harga sewa mobil plus driver (sudah termasuk bensin) adalah 450.000 rupiah. Berangkat dari penginapan pukul 8.00, kami mampir dulu di Rumah Makan Bu Suta untuk membeli bekal makan siang. Kami harus membawa bekal karena di desa Senaru sulit untuk menemukan penjual makanan pada bulan puasa.
Rumah makan Bu Suta adalah rumah makan khas Bali yang lengkap banget. Menyediakan berbagai bentuk masakan berdahan dasar daging babi, yang uughhh, menggugah selera. Hebatnya lagi,, harganya tergolong murah untuk nasi campur lengkap (pake semua jenis masakan yang dipajang), cuma 20.000 rupiah saja..
Selanjutnya kami menuju ke desa Senaru, melalui Monkey Forest. Pemandangan sepanjang jalan sungguh indah, sawah-sawah membentang dengan langit biru terang dan awan tipis. Di Monkey Forest ada banyak monyet yang mejeng di pinggir-pinggir jalan sambil memandangi mobil-mobil yang lewat. Wajah-wajahnya seperti mengharap dikasih makan. Sayang sekali saya hanya membawa bekal nasi campur jadi tidak bisa dikasih ke monyet-monyet (nanti saya makan apa dong??)
Setelah 2,5 jam sampailah kami di pelataran parkir untuk pengunjung air terjun. Di sana tersedia toilet dan toko yang menjual minuman. Saat turun dari mobil kami langsung disambut oleh para guide yang menawarkan bantuan. Kata mereka kami harus menggunakan Local Guide untuk memandu kami ke dalam area air terjun. (oh, harus ya? okeh). Harganya 80.000 rupiah untuk sekali perjalanan. Guide kami masih SMP lho, namanya Kiki. Anaknya ramah, dan dia yang membawakan plastik berisi bekal kami.
Tiket masuk untuk wisatawan dalam negeri adalah 5.000 rupiah (cukup murah, ya..).
Jalan menuju air terjun Sendang Gile berupa tangga yang naik turun (kebanyakan turunnya dari pada naiknya, tapi). Cukup dekat dengan pintu masuk, hanya butuh waktu kira-kira 10 menit berjalan kaki, kami sudah sampai di air terjun yang indah.
Setelah puas main di air terjun pertama, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke air terjun kedua, yaitu Tiu Kelep. Perjalanan kali ini cukup jauh dan menantang. Untung saja sudah terbiasa naik turun tangga stasiun kereta, jadi sudah punya sedikit pengalaman. Kami berjalan lewat jalanan berbatu yang menanjak, lalu menurun, lalu menyeberang sungai dengan batu-batu yang licin, naik tangga, barulah kami sampai di Tiu Kelep. Si Kiky sangat membantu karena dia tahu harus menyeberang lewat mana.
Tiu Kelep lebih besar dari Sendang Gile, dan lebih dalam. Serunya lagi, di sini dingiiinnnnya minta ampun. Kami dilarang untuk mandi persis di bawah air terjun yang paling besar karena belum berpengalaman. Di situ sangat deras dan cukup dalam sehingga berbahaya buat pemula. Saya memilih mandi dan berenang di pinggir-pinggir saja.
Setelah sangat kedinginan, kami berpindah ke sungainya, yang jernih sekali dengan ikan-ikan yang malu-malu untuk menampakkan diri.
Jalan menuju air terjun Sendang Gile berupa tangga yang naik turun (kebanyakan turunnya dari pada naiknya, tapi). Cukup dekat dengan pintu masuk, hanya butuh waktu kira-kira 10 menit berjalan kaki, kami sudah sampai di air terjun yang indah.
Setelah puas main di air terjun pertama, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke air terjun kedua, yaitu Tiu Kelep. Perjalanan kali ini cukup jauh dan menantang. Untung saja sudah terbiasa naik turun tangga stasiun kereta, jadi sudah punya sedikit pengalaman. Kami berjalan lewat jalanan berbatu yang menanjak, lalu menurun, lalu menyeberang sungai dengan batu-batu yang licin, naik tangga, barulah kami sampai di Tiu Kelep. Si Kiky sangat membantu karena dia tahu harus menyeberang lewat mana.
Tiu Kelep lebih besar dari Sendang Gile, dan lebih dalam. Serunya lagi, di sini dingiiinnnnya minta ampun. Kami dilarang untuk mandi persis di bawah air terjun yang paling besar karena belum berpengalaman. Di situ sangat deras dan cukup dalam sehingga berbahaya buat pemula. Saya memilih mandi dan berenang di pinggir-pinggir saja.
Setelah sangat kedinginan, kami berpindah ke sungainya, yang jernih sekali dengan ikan-ikan yang malu-malu untuk menampakkan diri.
Setelah puas bermain air, kami memutuskan untuk pulang. Basah-basahan kami menyusuri jalan untuk kembali ke parkiran. Lumayan juga, kalau sudah capek berenang, jalan pulang serasa berat. Tapi si Kiky memberikan usul untuk lewat terowongan air irigasi, sebagai jalan pintas. Kami setuju saja, karena kata dia jalan ini aman.
Terowongannya gelap saudara-saudara. Penerangan kami hanyalah dari senter HP yang tidak seberapa. Ada air setinggi betis yang mengalir cukup deras. Arah alirannya sama dengan arah jalan pulang sehingga saya hanya perlu menjaga keseimbangan tanpa perlu mengeluarkan tenaga untuk melawan arus. Saya jadi mengerti mengapa Kiky tidak menyarankan jalan pintas ini untuk berangkat ke Tiu Kelep.
Terowongannya gelap saudara-saudara. Penerangan kami hanyalah dari senter HP yang tidak seberapa. Ada air setinggi betis yang mengalir cukup deras. Arah alirannya sama dengan arah jalan pulang sehingga saya hanya perlu menjaga keseimbangan tanpa perlu mengeluarkan tenaga untuk melawan arus. Saya jadi mengerti mengapa Kiky tidak menyarankan jalan pintas ini untuk berangkat ke Tiu Kelep.
Kami istirahat sebentar untuk makan siang, (masih basah-basah, seruuuu), sebelum kembali ke area parkir dan toilet untuk membersihkan diri dan ganti baju. Toiletnya hanya 2.000 rupiah, dengan fasilitas air dingin hahaha.. Toilet cukup bersih dan ada tempat sampah juga di dalamnya. Biaya parkir hanya 5.000 rupiah.
Di jalan pulang, kami mampir sebentar di desa Tanjung, untuk membeli sate Tanjung yang terkenal. Satenya macam-macam, ada yang sate ikan, sate lilit, sate daging dan sate ayam. Harganya cukup murah juga, 1.000 rupiah per tusuk. Rasanya? tak usah ditanya,, Enaaaaaakkk. Sate ikannya ikan banget.Entah saya habis berapa tusuk itu hehehe.. Kami juga beli plecing kangkung di sini. Rasanya juga enak dan cocok dimakan dengan sate.
Kami pulang melalui jalan yang berbeda dengan pada waktu berangkat. Kali ini pemandangan yang tersaji adalah pantai pasir putih yang bagus banget. Sepanjang jalan kami melihat langit biru, awan putih cerah serta laut yang indah. Kami lalu mampir sebentar untuk menikmati keindahan pantai Pandanan, dengan hanya membayar 5.000 untuk parkir mobil.
Mungkin karena banyak pandan di sini. pantai ini jadi dinamakan pantai Pandanan. Di sini suami saya berenang lagi karena tidak tahan dengan jernihnya air laut.
Setelah puas menikmati pantai Pandanan, kami melanjutkan perjalanan menuju kota Mataram. Kali ini kami mampir lagi di sebuah tempat bernama Malimbu Hill. Tempat ini adalah jalan aspal belokan di sisi bukit, yang diberi pembatas berwarna biru. Dari sini kami bisa melihat luasnya langit dan laut. Banyak orang-orang Mataram yang nongkrong di sini juga.
Sudah sore, waktunya pulang. Walau pun sudah menghabiskan satu porsi nasi campur dan bertusuk-tusuk sate tanjung, saya masih juga merasa lapar. Sampai di Mataram, kami langsung menuju ke rumah makan yang menyediakan mie pangsit. Bahan dasarnya? tentu, daging babi. hehehe...
Rasa mieya lumayan, tapi tidak terlalu nendang, namun pengunjungnya cukup banyak. Harga per porsinya 20.000 rupiah. Kenyaaangg.... :)
Malamnya, kami nongkrong di sebuah kafe dekat Fave Hotel (namanya apa yaaa,, agak lupa). Saya ketemuan dengan teman lama dan ngobrol 2 jam di sana. Tempatnya nyaman, dan makin malam makin rame.
Untuk ke Gili Trawangan kita harus naik boat dari pelabuhan Bangsal. Ini adalah pelabuhan untuk public boat dengan harga yang relatif murah, 15.000 rupiah. Sebenarnya ada juga jasa yang menyewakan private boat, tapi harganya, ehem,,,, eman-eman lah buat sewa boat doang.
Di pelabuhan Bangsal ada tempat parkir baik harian mau pun parkir inap. Kami parkir motor menginap di pelabuhan Bangsal dengan harga 10.000 rupiah per malam. Selanjutnya kami menuju tempat penjualan tiket yang terletak di dekat pantai.
Di sana kami ditawari tiket untuk fast boat dengan harga 85.000 rupiah per orang. Jadwal perjalanan fast boat sudah ditentukan, sementara untuk boat yang biasa (yang 15.000) baru bisa berangkat kalau sudah ada 40 orang. Saat itu si penjual tiket mengatakan bahwa perahu yang biasa masih nunggu 21 orang lagi. Kami gojag-gajeg mau ikut perahu yang mana, lalu kami mundur dari loket untuk diskusi sebentar. Keputusannya, naik perahu yang biasa aja, jauh lebih murah.
Saya kemudian kembali ke loket, tetapi si penjual mengatakan tiket perahu yang biasa hanya tinggal satu, soalnya barusan (barusaaaan banget, - ini barusan yang tidak mungkin menurut saya. saya diskusi tidak sampai 5 menit), ada rombongan yang berjumlah 20 orang, jadi sisa cuma satu tiket. Kalau mau kami harus menunggu 38 orang lagi untuk perahu selanjutnya.
Terpaksalah kami naik fast boat. hahahaha...
Lumayan enak siy, bangkunya empuk, tidak kena air karena jendelanya cukup tinggi, dan naiknya lewat dermaga. Perjalanan cuma memakan waktu 10 menit. Cepet ya.. namanya juga fast boat.
Gili Trawangan bagus banget. Pantainya bersih, dan airnya jernih. Ini pemandangan di dermaga Gili Trawangan.
Kami tiba di Gili Trawangan pukul 10.45. Pertama yang harus kami lakukan adalah mencari penginapan dan sewa sepeda. Di Gili Trawangan ada hotel-hotel yang recommended bagusnya dan mahalnya, misalnya Villa Ombak dan Aston. Tentu saja, kami tidak menginap di sana hahahahaha... Kami jalan kaki ke dalam desanya untuk mencari penginapan. Jalanan di Gili Trawangan tidak beraspal dan tertutup dengan pasir pantai. Tidak ada kendaraan bermotor di sini, jadi alat transportasi yang dipergunakan adalah sepeda dan cidomo (cikar dokar mobil - mobil karena menggunakan ban mobil).
Penginapan kami bernama Malino. Harganya 300,000 rupiah semalam dengan fasilitas kamar mandi dalam, air panas, TV, AC, dan kamar yang cukup luas, disertai teras. Dapat free breakfast juga.
Kami juga menyewa sepeda, dengan tarif 35.000 per hari. Sepedanya bagus lho, dan dilengkapi kunci pengaman. Kata yang punya, sepedanya ga bakal hilang siy di Gili Trawangan, tapi takutnya ketuker sama sepeda orang lain jadi tetap harus dikunci.
Setelah dapat penginapan dan sepeda, kami lanjut ke bagian depan pulau, di dekat dermaga tempat kami turun dari fast boat, untuk mendaftarkan diri ikutan snorkling. Ada banyak agen yang menawarkan, kita tinggal pilih. Semua sama saja, karena apabila masing-masing mendapatkan jumlah orang yang sedikit maka perjalanan akan digabungkan dalam satu kapal. Jadwal snorkling ada tiga kali, jam 09.00, 10.30 dan 13.00. Untuk yang pagi, harganya 100.000 rupiah per orang. Kalau yang siang tarifnya 150.000 per orang.
Kapal yang digunakan katanya glass bottom boat. Saya pikir bakal keren banget,, tapi ternyata yang glass cuma sebagian kecil dari lantai kapalnya.
Kami snorkling di 3 spot, Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Bagus deh, airnya jernih dan terumbu karangnya bagus. Ikan-ikannya cukup berwarna-warni dan ada penyu juga. Sayang sekali kami tidak punya kamera yang bisa foto-foto dalam air huhuhuhu....
Setelah selesai snorkling, kami dibawa mampir ke pulau Gili Air untuk istirahat, makan dan ganti baju. Pulau ini mirip dengan Gili Trawangan, hanya saja lebih sepi.
Pulang dari snorkling, kami kembali ke penginapan untuk mandi dan ganti baju, kemudian kami naik sepeda menuju ke tempat untuk menikmati sunset. Perjalanan naik sepeda dari penginapan butuh waktu 15 menit. Ga lama siy, tapi karena kaki dah pegel-pegel abis snorkling, 15 menit jadi lumayan lama rasanya. Tapi itu terbayar dengan keindahan sunsetnya...Bagus deh...
Setelah selesai menikmati sunset, kami bersepeda untuk mencari makan malam. Di sepanjang jalan ada banyak resto dan kafe yang menawarkan berbagai jenis masakan baik lokal maupun internasional yang mahalnya minta ampun. Masa se-ons ikan kakap harganya 75.000 ribu,, padahal sekilo kurang buat kami berdua. hahaha...
Akhirnya kami bersepeda terus sampai ketemu night food market, di dekat dermaga. Ini seperti kumpulan pedagang kaki lima yang menyediakan berbagai jajanan dan makanan. Mulai dari ikan bakar, sayuran, kue-kue sampai gorengan dijual di sini. Harganya lumayan bersahabat. Untuk seekor ikan baronang bakar (cukup buat kami berdua) plus nasi, sambel dan sayuran hanya 100.000 rupiah saja.
Ah,,, kenyanggg...
Jam 20.30 kami kembali ke penginapan. Kamar kami dilengkapi TV kabel, jadi sambil berbaring bisa menonton channel-channel favorit sampai akhirnya mengantuk dan tertidur.
Di jalan pulang, kami mampir sebentar di desa Tanjung, untuk membeli sate Tanjung yang terkenal. Satenya macam-macam, ada yang sate ikan, sate lilit, sate daging dan sate ayam. Harganya cukup murah juga, 1.000 rupiah per tusuk. Rasanya? tak usah ditanya,, Enaaaaaakkk. Sate ikannya ikan banget.Entah saya habis berapa tusuk itu hehehe.. Kami juga beli plecing kangkung di sini. Rasanya juga enak dan cocok dimakan dengan sate.
Kami pulang melalui jalan yang berbeda dengan pada waktu berangkat. Kali ini pemandangan yang tersaji adalah pantai pasir putih yang bagus banget. Sepanjang jalan kami melihat langit biru, awan putih cerah serta laut yang indah. Kami lalu mampir sebentar untuk menikmati keindahan pantai Pandanan, dengan hanya membayar 5.000 untuk parkir mobil.
Mungkin karena banyak pandan di sini. pantai ini jadi dinamakan pantai Pandanan. Di sini suami saya berenang lagi karena tidak tahan dengan jernihnya air laut.
Setelah puas menikmati pantai Pandanan, kami melanjutkan perjalanan menuju kota Mataram. Kali ini kami mampir lagi di sebuah tempat bernama Malimbu Hill. Tempat ini adalah jalan aspal belokan di sisi bukit, yang diberi pembatas berwarna biru. Dari sini kami bisa melihat luasnya langit dan laut. Banyak orang-orang Mataram yang nongkrong di sini juga.
Rasa mieya lumayan, tapi tidak terlalu nendang, namun pengunjungnya cukup banyak. Harga per porsinya 20.000 rupiah. Kenyaaangg.... :)
Malamnya, kami nongkrong di sebuah kafe dekat Fave Hotel (namanya apa yaaa,, agak lupa). Saya ketemuan dengan teman lama dan ngobrol 2 jam di sana. Tempatnya nyaman, dan makin malam makin rame.
Hari 2 (22 Juni 2015)
Jadwal kami hari kedua adalah pergi ke Gili Trawangan. Lebih baik sih berangkat lebih pagi, tapi karena motor sewaan baru datang jam 8, maka kami berangkatnya juga siangan. Sewa motor sehari 75.000 rupiah. Sebenarnya guest house tempat kami menginap menyediakan jasa persewaan motor dengan harga 50.000 rupiah, tapi karena kami terlambat reservasi kami tidak kebagian motor deh. Untung saja teman saya punya kenalan yang juga menyewakan motor lengkap dengan helmnya, jadi jadwal liburan kami hari kedua tidak terganggu.Untuk ke Gili Trawangan kita harus naik boat dari pelabuhan Bangsal. Ini adalah pelabuhan untuk public boat dengan harga yang relatif murah, 15.000 rupiah. Sebenarnya ada juga jasa yang menyewakan private boat, tapi harganya, ehem,,,, eman-eman lah buat sewa boat doang.
Di pelabuhan Bangsal ada tempat parkir baik harian mau pun parkir inap. Kami parkir motor menginap di pelabuhan Bangsal dengan harga 10.000 rupiah per malam. Selanjutnya kami menuju tempat penjualan tiket yang terletak di dekat pantai.
Di sana kami ditawari tiket untuk fast boat dengan harga 85.000 rupiah per orang. Jadwal perjalanan fast boat sudah ditentukan, sementara untuk boat yang biasa (yang 15.000) baru bisa berangkat kalau sudah ada 40 orang. Saat itu si penjual tiket mengatakan bahwa perahu yang biasa masih nunggu 21 orang lagi. Kami gojag-gajeg mau ikut perahu yang mana, lalu kami mundur dari loket untuk diskusi sebentar. Keputusannya, naik perahu yang biasa aja, jauh lebih murah.
Saya kemudian kembali ke loket, tetapi si penjual mengatakan tiket perahu yang biasa hanya tinggal satu, soalnya barusan (barusaaaan banget, - ini barusan yang tidak mungkin menurut saya. saya diskusi tidak sampai 5 menit), ada rombongan yang berjumlah 20 orang, jadi sisa cuma satu tiket. Kalau mau kami harus menunggu 38 orang lagi untuk perahu selanjutnya.
Terpaksalah kami naik fast boat. hahahaha...
Lumayan enak siy, bangkunya empuk, tidak kena air karena jendelanya cukup tinggi, dan naiknya lewat dermaga. Perjalanan cuma memakan waktu 10 menit. Cepet ya.. namanya juga fast boat.
Gili Trawangan bagus banget. Pantainya bersih, dan airnya jernih. Ini pemandangan di dermaga Gili Trawangan.
Kami tiba di Gili Trawangan pukul 10.45. Pertama yang harus kami lakukan adalah mencari penginapan dan sewa sepeda. Di Gili Trawangan ada hotel-hotel yang recommended bagusnya dan mahalnya, misalnya Villa Ombak dan Aston. Tentu saja, kami tidak menginap di sana hahahahaha... Kami jalan kaki ke dalam desanya untuk mencari penginapan. Jalanan di Gili Trawangan tidak beraspal dan tertutup dengan pasir pantai. Tidak ada kendaraan bermotor di sini, jadi alat transportasi yang dipergunakan adalah sepeda dan cidomo (cikar dokar mobil - mobil karena menggunakan ban mobil).
Penginapan kami bernama Malino. Harganya 300,000 rupiah semalam dengan fasilitas kamar mandi dalam, air panas, TV, AC, dan kamar yang cukup luas, disertai teras. Dapat free breakfast juga.
Kami juga menyewa sepeda, dengan tarif 35.000 per hari. Sepedanya bagus lho, dan dilengkapi kunci pengaman. Kata yang punya, sepedanya ga bakal hilang siy di Gili Trawangan, tapi takutnya ketuker sama sepeda orang lain jadi tetap harus dikunci.
Setelah dapat penginapan dan sepeda, kami lanjut ke bagian depan pulau, di dekat dermaga tempat kami turun dari fast boat, untuk mendaftarkan diri ikutan snorkling. Ada banyak agen yang menawarkan, kita tinggal pilih. Semua sama saja, karena apabila masing-masing mendapatkan jumlah orang yang sedikit maka perjalanan akan digabungkan dalam satu kapal. Jadwal snorkling ada tiga kali, jam 09.00, 10.30 dan 13.00. Untuk yang pagi, harganya 100.000 rupiah per orang. Kalau yang siang tarifnya 150.000 per orang.
Kapal yang digunakan katanya glass bottom boat. Saya pikir bakal keren banget,, tapi ternyata yang glass cuma sebagian kecil dari lantai kapalnya.
Setelah selesai snorkling, kami dibawa mampir ke pulau Gili Air untuk istirahat, makan dan ganti baju. Pulau ini mirip dengan Gili Trawangan, hanya saja lebih sepi.
Akhirnya kami bersepeda terus sampai ketemu night food market, di dekat dermaga. Ini seperti kumpulan pedagang kaki lima yang menyediakan berbagai jajanan dan makanan. Mulai dari ikan bakar, sayuran, kue-kue sampai gorengan dijual di sini. Harganya lumayan bersahabat. Untuk seekor ikan baronang bakar (cukup buat kami berdua) plus nasi, sambel dan sayuran hanya 100.000 rupiah saja.
Ah,,, kenyanggg...
Jam 20.30 kami kembali ke penginapan. Kamar kami dilengkapi TV kabel, jadi sambil berbaring bisa menonton channel-channel favorit sampai akhirnya mengantuk dan tertidur.
Hari 3 (23 Juni 2015)
Hari ketiga, pagi-pagi jam 05.45, kami bangun dan langsung menuju dermaga untuk melihat sunrise. Dermaga merupakan spot yang pas karena matahari terlihat jelas.
Selanjutnya kami bersepeda keliling pulau Gili Trawangan. Ini nih yang sangat saya senangi. Lautnya bagus banget. Kami berhenti di beberapa tempat untuk menikmati keindahannya. Total kami bersepeda selama 1,5 jam saja sudah bisa mengelilingi satu pulau dengan berhenti-berhenti sebentar.
Jam 10, kami kembali ke penginapan untuk beres-beres, mandi lalu check out karena batas check out maksimal jam 11. Selanjutnya kami ke dermaga untuk kembali ke pulau Lombok. Tempat penjualan tiket fast boat dan boat biasa di Gili Trawangan dipisah, jadi kami bisa memilih tanpa dikerjai. Di tempat penjualan tiket boat biasa sudah ada petugas yang bertugas mengumumkan jumlah orang yang sudah membeli tiket dan kurang berapa orang lagi supaya boat bisa diberangkatkan.
Untuk naik boat biasa ini tidak disediakan dermaga. Kita harus masuk ke air laut untuk bisa naik ke boat, jadi kakinya basah deh. Ya, maklum, murah, hehehe.. Kapalnya juga sederhana, dan kita keciprat-ciprat air laut. Perjalanannya memakan waktu 30 menitan, cukup lama jika dibandingkan dengan fast boat.
Sampai di Pelabuhan Bangsal, kami langsung mengambil motor yang kami titipkan, kemudian kembali ke kota Mataram. Perjalanan pulang ke kota Mataram serasa lebih cepat dibandingkan saat kami berangkat ke Bangsal. Saya jujur saja laper banget, dan pengen banget makan nasi campur Bu Suta lagi,, ahayy...Dengan berbekal GPS, sampailah kami di warung bu Suta yang cetar itu :)
Itu nasi segitu harganya 20 ribu aja lho. Gimana ga ketagihan hehehe.. Es jeruknya tapi mahal, 12 ribu hahahaha...
Setelah puas makan dan beristirahat di warung bu Suta, kami melanjutkan perjalanan ke Taman Narmada. Taman ini tidak jauh dari kota Mataram, cuma butuh waktu kurang dari sejam kami sudah sampai. GPS memang andal deh.
Taman Narmada merupakan Miniatur Gunung Rinjani yang dibuat oleh raja kerajaan Karangasem saat beliau sudah tidak mampu lagi bersembahyang di Gunung Rinjani. Di taman ini ada Pura, miniatur danau Segara Anak serta mata air yang dipercaya bisa bikin awet muda. Di sini juga ada kolam renang bagi pengunjung yang ingin berenang. Waktu kami ke sana taman ini sepi, mungkin karena bulan Puasa. Hanya ada satu pedagang es dan satu pedagang rujak plecing di depan Pura.
Puas berkeliling dan menikmati es kelapa muda yang enak, kami kembali ke penginapan. Senang sekali hari ini bisa melakukan banyak kegiatan. Sampai penginapan kami tidur saking kecapeakannya. Bangun-bangun sudah jam setengah tujuh hehehe... Kami cepat-cepat bangun lalu menuju ke samping mall Matram untuk membeli oleh-oleh karena selanjutnya kami ada janji sama teman lama, mau ngajakin makan malam di Ayam Taliwang, khas Lombok.
Ini baby ayam deh, kecil-kecil banget, jadi ga tega makannya. Tapi waktu mulai makan, jadi ga tega kalau ga ngabisin wkwkwkwk. Ditemani plecing kangkung, makan malam kami berkesan banget deh.
Singkat kata, liburan kami ke Lombok sangat menyenangkan. Ini liburan kami yang pertama di luar pulau Jawa, dan kami jadi bersemangat untuk menyusun rencana liburan-liburan berikutnya :)
Komentar
Posting Komentar