How To Train Your Dragon 2

Tokoh utama dari film ini adalah seorang remaja yang beranjak dewasa bernama Hiccup. Ayahnya adalah seorang kepala desa viking yang sangat bersahaja dan dicintai rakyatnya. Kepemimpinan ayahnya membuat Hiccup merasa tidak percaya diri untuk menggantikannya suatu saat nanti.

Pada film pertama, Hiccup diceritakan sebagai seorang remaja yang ringkih, tidak tegap seperti ayahnya. Ia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam hal menaklukkan naga. Tangan dinginnya mampu untuk membuat naga menjadi jinak di hadapannya. Di film pertama ini, Hiccup harus berjuang mengubah pikiran sang ayah yang tidak menyukai naga untuk menerima bahwa naga adalah makhluk yang dapat menjadi sahabat manusia. Di sini, Hiccup bertemu dan memelihara seekor naga dari spesies langka, yang ia beri nama Toothless.

Di film kedua, 5 tahun dari setting film pertama, warga desa viking sudah hidup damai dengan naga. Hiccup sudah menjadi seorang pria, namun merasa belum menemukan jati dirinya. Ia masih berteman dengan Toothless, naga yang ia pelihara sejak kecil. Hiccup menemukan berbagai teknologi yang ia pasangkan pada dirinya dan toothless yang membuat mereka dapat bermanuver di udara walau pun dengan kekurangan fisik (Hiccup kehilangan satu kakinya sedangkan Toothless kehilangan salah satu sirip belakangnya).

Hiccup suka berkeliling di udara untuk menggambar peta, melihat sesuatu yang baru, bukan berdiam di desa dan belajar memimpin desa. Ia merasa bahwa dirinya bukan seperti ayahnya. seorang lelaki tangguh yang memimpin dengan bijaksana dan disayangi rakyatnya.

Suatu ketika terjadi masalah, dimana desanya akan diserang oleh seorang penakluk naga yang dikenal sangat jahat bernama Drago Bludvist. Hiccup dan ayahnya berbeda pandangan dalam langkah penyelesaian masalah ini. Ayahnya langsung bersiap untuk menghadapi perang, sedangkan Hiccup berpendapat bahwa ia harus menemui sang penakluk naga untuk mengubah pikirannya.

Hiccup terpaksa kabur agar ia dapat menjalankan misinya, mencari si Drago Bludvist. Di tengah perjalanan, yang ia temukan justru di luar dugaan, sarang naga. Di dalamnya hidup berbagai jenis naga dengan damai. Di sana juga ia menemukan ibunya yang sudah lama disangka mati.

Film ini menyajikan nilai-nilai moral yang sangat baik untuk anak, bagaimana kasih dan tangan dingin lebih memberikan manfaat dari pada paksaan atau didikan keras. Selain itu, pada anak diperlihatkan konflik kehidupan yang pasti terjadi, misalnya seperti kehilangan orang yang dicintai.

Namun, menurut saya pembuat film ini kurang berhasil dalam menggambarkan bagaimana ciri khas seekor naga. Mungkin karena naga itu dikenal garang dan berbahaya maka si pembuat film tidak dapat menggambarkan bagaimana naga jika jinak. Jatuhnya, sikap naga jinak jadi mirip seperti anjing yang jinak.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ice Breaking Game

Tangkap Jari

Rahasia Kesuksesan Yusuf