Tes TOEFL

Dalam tes Toefl, bagi yang pas2an seperti saya; tempat, suasana, dan tentu soundsystem memegang peranan yang sangat penting.

Nah, baru-baru ini saya mengikuti tes toefl di dua tempat berbeda. Penyelenggaraannya selang 3 hari. Saya asumsikan, kesulitan soalnya sama, terstandar, karena dua lembaga ini lembaga terpercaya. Lalu, saya pastikan, dalam 3 hari, saya tidak mungkin langsung jadi tambah pinter atau tambah bodoh secara signifikan.

Tempat pertama.

Tes dimulai jam 8.30. Saya sudah tiba di sana jam 7.30, duduk santai sambil ngobrol dengan teman-teman. Jam 8.15 kami masuk ke dalam ruangan tes, sebuah aula, yang kurang lebih menampung 100 orang.

Bangku yang digunakan adalah bangku lipat yang ada meja kecilnya di sebelah kanan yang biasa dipakai untuk kuliah. Karena saya menulis dengan tangan kiri, saya tidak nyaman duduk mengerjakan tes di bangku model begitu. Tapi ah, kalau bisa mah bisa aja, ga usah protes soal bangku, pikir saya.

Lalu, tes dimulai. Ada yang komplain, sound sistem di sisi sebelah kiri aula tidak berfungsi. Suara yang saya dengar dari sound yang di sebelah kanan serasa berdengung. Ah, mungkin karena persiapan saya kurang matang. Memang tidak belajar. Eh, ternyata ada yang berdehem, ada yang batuk, ada yang kusrek-kusrek, pecahlah konsentrasi saya. Haduuuhh, pasrah.

Tempat kedua.

Tes dimulai jam 9.00. Saya tiba di tempat tes jam 9.10 dengan ngos-ngosan. Sepanjang jalan Margonda macet padahal itu hari sabtu, di luar dugaan saya. Ada acara anak sekolah tertentu yang jadi biang macet. Gedung tesnya mblasuk, butuh naik tangga, nomer tes dipajang di pintu masuk gedung, padahal ruangan tesnya ada sekitar 8. Saya dengan terburu-buru mencari nama saya supaya bisa tahu nomor ujian dan nomor ruangan ujian. Lalu dengan tergopoh-gopoh saya mencari dimana ruangan saya.

Saat masuk ruangan, sejuk terasa. AC nya adem. Ruangan diisi sekitar 15 orang peserta dengan satu pegawas. Saat itu para peserta sudah selesai mengisi identitas dan akan mulai soal pertama. Saya buru-buru duduk di bangku saya (sesuai nomor tes yang saya catat di pintu depan tadi).

Bangkunya nyaman, dengan meja yang terpisah. Tangan saya bisa saya taruh dua-duanya di atas meja. Wah, lapang. Saya tarik napas, kemudian ikut tes. Identitas belum sempat diisi. Soundsystemnya cukup mantep menurut saya. Jernih.

Hasilnya.

Di tempat pertama, hasil saya sangat jauh di bawah hasil tes di tempat kedua. Beda skornya sampai 60 angka.

Tadinya saya berpikir, yang berpengaruh paling besar adalah persiapan kognitif dan psikologis, karena tes toefl itu tidak sekedar menguji kemampuan berbahasa, tetapi juga daya ingat, analisis, membaca cepat.

Jadi, kalau ga bisa ya ga bisa. Kalau bisa, ya bisa. Tidak ada tu istilah nyalahin tempat, apalagi soundsystem dari penyelenggara. Kalau benar-benar bisa, biar soundaystem elek gimanapun, atau tempat kurang nyaman, tetap bisa mengerjakan tes dengan baik.

Tapi setelah kejadian itu, saya jadi menyamaratakan pentingnya persiapan psikologis dan kognitif, serta pentingnya lingkungan penyelenggaraan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ice Breaking Game

Tangkap Jari

Rahasia Kesuksesan Yusuf