PROKRASTINATOR Apakah anda salah satunya?

Dari Auditoria
Oleh Sandra, Thalie dan Devi 

Suatu ketika saat pekerjaan kantor begitu banyak dan menumpuk dan anda tidak tahu harus mulai dari mana, mungkin anda akan memilih ke pantry untuk membuat teh atau nge-net untuk ‘browsing sumthin’. Atau anda merasa terintimidasi dengan satu tugas yang menurut anda sulit, mungkin anda akan memilih untuk menangguhkan penyelesaian tugas sulit tersebut dan mengerjakan hal-hal lain yang kurang penting. Contoh kecil lainnya, anda menunda hal sepele seperti mencuci  piring makan kotor. Alih-alih mencuci, anda malah menumpuknya di dapur sampai semua piring dan sendok terpakai.

Istilah khusus untuk perilaku ini adalah prokrastinasi, sedangkan orang yang menunda pekerjaan disebut dengan prokrastinator. Menurut Wikipedia, prokrastinasi berasal dari bahasa latin procastinare. Pro artinya gerakan maju dan crastinus artinya keputusan hari esok atau jika digabungkan menjadi “menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya”. Jadi prokrastinasi adalah suatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Perilaku ini sering muncul dalam berbagai bidang kehidupan, baik itu akademik, profesional ataupun pribadi.

Menunda pekerjaan memang menjadi hal yang dilakukan oleh banyak orang. Namun kecenderungan ini sering menimbulkan masalah seperti tugas tidak selesai sesuai deadline, atau tugas dikerjakan asal-asalan (karena sudah mepet), sehingga terdapat banyak kesalahan di dalamnya.

Penyebab prokrastinasi

Piers Steel, PhD memberikan penjelasan menarik tentang prokrastinasi berdasarkan Temporal Motivation Theory (TMT).

Menurut TMT, ada 4 aspek yang mempengaruhi perilaku prokrastinasi. Yaitu Expectancy, Value, Impulsiveness dan delay.

Expectancy adalah besarnya peluang suatu output terjadi dan Value adalah seberapa besar nilai output tersebut. Semakin besar peluang kita mendapatkan output yang kita sukai, dan semakin besar nilai outputnya, maka semakin besar motivasi kita untuk melakukan sesuatu. Impulsiveness berarti kecenderungan kita untuk menunda kenikmatan. Semakin impulsif kita, maka kecenderungan kita untuk menunda kenikmatan akan semakin kecil pula (dengan kata lain, semakin impulsif kita maka semakin tidak mampu kita menunda untuk mendapatkan kenikmatan). Sedangkan Delay disini adalah seberapa lama kita harus menunggu sampai kita mendapatkan output yang diharapkan. Semakin besar delay, semakin tidak termotivasi kita melakukan sesuatu.

Jadi, mengapa kita melakukan prokrastinasi? Setiap hari, kita selalu dihadapkan pada pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. “Pilih olahraga ke gym atau nonton TV?” “Baiknya masak atau pesan aja ya?” Menurut TMT, tidak heran bila kita cenderung mengerjakan hal-hal yang menyenangkan dan relatif mudah kita wujudkan atau selesaikan. Sebaliknya, kita akan cenderung menunda-nunda pekerjaan-pekerjaan yang kurang kita nikmati. Lebih lanjut lagi, prokrastinasi sangat berhubungan dengan delay atau penundaan. Kita ingin mendapatkan output yang besar dan kalau bisa langsung kita dapatkan. Maka, kita cenderung menunda-nunda pekerjaan yang tidak menyenangkan dan hasilnya masih lama kita dapatkan. Contohnya, mahasiswa yang mendapat tugas membuat paper di awal semester dan akan dikumpulkan di akhir semester, cenderung mengerjakan papernya baru setelah 2 minggu sebelum deadline. Hang-out dengan teman-teman di waktu luang lebih menyenangkan daripada mencari bahan paper. Jadi, kita cenderung memilih untuk menunda pekerjaan dengan nilai prioritas tinggi jika ada pilihan-pilihan lain yang ‘nikmat’ dan tidak butuh waktu lama mendapatkannya.

Ada 4 poin menarik yang bisa diambil dari TMT tentang mengapa kita menjadi prokrastinator.
  1. Prokrastinasi berkaitan erat dengan expectancy (peluang untuk mewujudkan/mendapatkan sesuatu). Orang yang tidak percaya diri, yang merasa dirinya kurang kompeten, akan lebih cenderung melakukan prokrastinasi.
  2. Prokrastinasi berkaitan erat dengan value (nilai lebih). Orang yang memiliki kebutuhan berprestasi yang rendah, yang tidak terlalu ingin berprestasi, juga lebih cenderung melakukan prokrastinasi.
  3. Prokrastinasi berkaitan erat dengan impulsiveness (perilaku impulsif). Orang yang impulsif, gampang terdistraksi, dan memiliki kontrol diri yang rendah cenderung melakukan prokrastinasi.
  4. Prokrastinasi berkaitan dengan time delay. Semakin lama rentang waktu yang kita butuhkan untuk mencapai tujuan, maka semakin kecil motivasi kita untuk menyelesaikannya.

Bagaimana mengatasi prokrastinasi?
Berikut ini beberapa tips mengurangi prokrastinasi oleh Timothy A. Pychyl, Ph.D.
Pertama, “just get started”. Jangan membuang waktu Anda untuk merencanakan dan memikirkan pekerjaan yang Anda hadapi. Biasanya, ini akan menjadi celah bagi Anda untuk menghindari pekerjaan. Langsung kerjakan pekerjaan Anda. Mengapa? Karena penelitian menunjukkan bahwa ketika memulai pekerjaan yang kita anggap sulit, persepsi kita tentang tugas tersebut berubah. Terkadang malah kita menikmati proses penyelesaian tugas tersebut. Setidaknya, jika Anda langsung mengerjakan tugas yang Anda rasa sulit, persepsi Anda tentang diri sendiri berubah, dan walaupun progresnya kecil ini akan membuat Anda lebih percaya diri dan lebih termotivasi dalam pekerjaan.

Kedua, terima kenyataan bahwa tidak semua hal (pekerjaan, tugas, kewajiban) di hidup ini menyenangkan. Jika Anda menemui pilihan yang tidak menyenangkan, sikapi dengan berani dan bertanggungjawab. Jangan tunduk pada keinginan Anda untuk selalu ‘feeling good’ sehingga Anda beralih ke hal-hal menyenangkan yang sifatnya sementara dan tidak menyelesaikan masalah. Tidak ada orang yang menikmati pekerjaan yang tidak mereka sukai. Orang-orang yang sukses memahami bahwa sekali mereka memulai pekerjaan yang tidak menyenangkan, mereka akan mengalami emosi-emosi negatif tertentu. Sekali memulai, tidak ada kata menyesal atau menyerah.

Terakhir, jujurlah pada diri Anda sendiri. Yang sering terjadi adalah seorang prokrastinator membenarkan perilaku mereka dengan berkata “Hari ini saya lagi ga mood, besok pasti saya kerjakan” atau “Saya kerja lebih bagus kalau sudah mepet deadline” atau “Ah, bisa nunggu ini kok.” Berhentilah menipu diri. Jika muncul pikiran seperti “Saya ini lagi mikir gimana baiknya menyelesaikan pekerjaan ini”, kenalilah hal ini sebagai pertanda bahwa Anda sedang melakukan prokrastinasi. Just get started. 

Seperti kata Bob Sadino: Satu langkah lebih baik daripada berpikir bermil-mil.

Have a nice work guys!! ^^,

Komentar

  1. ahaha..tulisanmu panjang banget mba?
    tapi keren kok..
    aku teermasuk yang prokastinator kayaknya.. :D
    :atb

    BalasHapus
  2. hehehe..itu produk bertiga jo...bukan cuma aku thok..
    piye? kalo termasuk prokrastinator berarti musti coba tips di atas ^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ice Breaking Game

Tangkap Jari

Rahasia Kesuksesan Yusuf