Suatu Ketika Mengurus Wisuda

Wisuda,…
Suatu hal yang dinanti sejak pertama mulai kuliah..dan begitu penting bagi seorang mahasiswa sepertiku…

Karena itulah aku berusaha untuk mengurus semua persyaratan (walau pun sekarang aku bekerja di kota yang berbeda dengan kota tempat kampusku berada)... agar aku  bisa mendaftar wisuda, dan menikmati suasana formal yang menandakan kelulusanku (senang juga bisa menyelesaikan studi yang prosesnya begitu panjang, dan - tentu saja – banyak menguras emosi) *mengedipkan mata pada beberapa sahabat*

Begitulah…
Aku mulai dengan menyusun rencana persiapan, apa saja yang harus aku bawa untuk mengurus persyaratan wisuda, mulai dari hal sepele seperti foto 3x4 berlatar belakang gelap (entah warna apa itu, biru, merah, hitam??) – aku memutuskan untuk biru saja – sampai dengan meneliti daftar nama orang yang masuk dalam acknowledgement naskah publikasiku (ada cerita tersendiri tentang menyiapkan naskah publikasi yang berbahasa Inggris ITU)…

Sudah ada sederet rencana, yang aku susun berdasarkan list persyaratan wisuda dari bagian pengajaran/pengelola program studi (23 point !!). Tapi sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga..sedetail-detailnya aku berencana, toh ada juga yang kurang
(sepertinya aku menggunakan pribahasa yang kurang pas deh…hehehe..ga pa pa lah, kan Bahasa Indonesiaku pas-pasan) *berkedip lagi pada beberapa sahabat*

Kemudian aku mulai…
Berangkat ke Yogyakarta dengan penuh semangat....

Lalu, langkah pertama mencetak tesisku (ngeprint itu = cetak kaaann…)
Aku cetak aja, karena kalo fotokopi mahhhaaallll. Selain tesis, aku juga mencetak naskah publikasi, langsung 5 eksempelar (padahal belum aku konsultasikan mengenai format dan macam-macamnya). Kemudian membawa semua tesis dan naskah publikasi untuk dijilid. Karena waktuku mepet, aku mencari tempat fotokopi yang mau menerima jilid hard cover kilat. 

Aku mulai dari daerah kampus, tapi karena hari itu hari minggu tidak ada fotokopi-an yang buka. Lalu aku menuju ke daerah kampus lain, mencari fotokopian. Di situ ada yang buka, tapi ketika kutanya, harganya 25 ribu per 1 jilid-an. Oh no !  Mahal amat, pikirku. Tanpa sadar aku menghabiskan waktuku hanya untuk mencari tempat fotokopi. Untunglah ketika waktu menunjukkan pukul 15.00 aku menemukan tempat fotokopi yang bersedia menjilid hard cover dalam waktu 5 jam dengan harga 20 ribu per 1 jilid-an. Lumayanlah pikirku..

Dari tempat fotokopian aku menuju tempat foto. Karena di list persyaratan wisuda diminta foto TERBARU, maka aku dengan bersemangat berangkat untuk membuat fotoku yang TERBARU. Setelah membayar baru aku pikir-pikir lagi, TERBARU kan bisa diartikan paling baru dari foto-fotoku yang ada, tidak peduli yang TERBARU itu telah dibuat cukup lama.

Lalu, Karena waktuku untuk mengurus surat-surat persyaratan wisuda terbatas hanya 1 hari (hari senin 14 Februari saja), maka minggu malam  aku juga membakar file tesis ke cd (lah ini lagi, benar kan burn = membakar?? Hohoho). Sesuai ketentuan, aku buat 4 cd:
1 berisi naskah publikasi dengan format word 2003
1 berisi naskah publikasi dan tesis dengan format word 2003
2 berisi tesis dengan format pdf

Setelah merasa semua sudah disiapkan, dengan percaya diri aku berangkat ke kampus, senin pagi jam 8. Pertama ke pengajaran, membayar biaya pelepasan pelantikan serta meneliti transkrip nilai apakah ada yang keliru. PEtugas di pengajaran kemudian menunjukkan padaku, bahwa ada revisi dari list wisuda. 

Tentang isi CD pdf, terltulis di situ, dibuat berdasarkan ketentuan nomor 24 (padahal, pada list sebelumnya, tertulis dibuat berdasarkan ketentuan nomor 9, dan ketentuan hanya sampai nomor 23). Pada ketentuan nomor 24 ditambahkan juga, bahwa isi cd adalah tesis berformat pdf, naskah publikasi berformat word 2003 dan modul berformat 2003 (haduh, revisi disampaikan seolah-olah aku memiliki waktu yang banyak sampai bersisa untuk mengurus wisuda).

 Aku juga sudah membuat janji dengan dosen pembimbing untuk keperluan penandatanganan naskah publikasi yang telah kujilid dengan gagah berani. Kata petugas di pengajaran (yang baru saja meng-sms dosenku), dosenku akan datang tepat 29 menit dari saat itu. Aku pikir, dalam 29 menit aku bisa mengurus surat bebas pinjam alat lab. Jadilah aku dengan bersemangat mengambil langkah cepat (benar-benar langkah cepat setengah berlari) menuju lab di lantai 3 gedung paling barat.

Dalam 15 menit surat bebas lab sudah selesai dibuat (menurutku, ini syarat yang paling gampang untuk diurus – tanpa ribet, bayangkan !). Aku senang sekali surat itu sudah jadi dalam waktu singkat. Dengan bahagia aku pun kembali ke pengajaran. Tak kusangka, ternyata dosenku sudah datang pada saat aku pergi dan sudah pergi lagi pada saat aku datang (ini di luar dugaan)

Aku pikir, kalau aku tidak berhasil mendapatkan tanda tangan dosen pada naskah publikasiku, berarti hari itu aku tidak bisa menyelesaikan urusanku di perpustakaan fakultas. Aku duduk termangu di pengajaran sampai petugas menanyakan apakah aku sudah mendapatkan tanda tangan dekan untuk tesisku. My gosh..ternyata aku melupakan itu. Aku kaget, lalu terburu-buru berlari menggotong kardus berisi tesis menuju ruang dekan. Pada sekretarisnya menanyakan prosedur permintaan tanda tangan dekan. Kata sang sekretaris, “silakan diminta sendiri, belia sekarang ada di ruangan.”

Aku mengetuk pintu dan masuk ke ruang dekan, yang ternyata sedang bersiap-siap untuk pergi menghadiri ujian terbuka doktor yang digelar di gedung paling timur. Aku cepat-cepat menyiapkan tesis dan lembar pengesahan lepas yang harus ditandatangani. Beliau menandatangani 7 lembar pengesahan (4 dalam jilidan tesis dan 3 lembar lepas). Begitu aku keluar ruangan, beliau juga meninggalkan ruangan itu. Kali ini aku nyaris….

Aku lalu ke bank untuk membayar wisuda. Ku sangka, setelah membayar, KTM langsung bisa dibolongi tapi ternyata kata petugas bank aku harus mengantri di bagian lain untuk membolong. Aku kemudian menuju tempat nomor antrian. Ternyata panjang sekali antrian siang itu. Aku kemudian memutuskan untuk nanti saja kembali ke bank lagi untuk mengurus pembolongan KTM, karena masih banyak hal lain yang harus kuurus hari itu.  Dari bank aku ke pusat bahasa. Di sana aku meminta pengesahan atas hasil tes toeflku. Kata petugas, itu biasanya selesai hari berikutnya, tapi karena besok hari libur (15 Februari 2011) maka coba saja datang lagi pukul 15.00 siang ini.

Karena ketidak –tahuanku tentang letak gedung-gedung tempat mengurus berbagai surat (seperti letak perpus paska, perpus unit II, direktorat keuangan), maka aku memutuskan mana yang duluan diurus hanya berdasarkan feeling. Aku menuju gedung pusat, dan pada salah satu petugas di salah satu ruangan di gedung pusat aku bertanya di mana mengurus surat keterangan lunas SPP untuk S2. Petugas itu mengatakan pengurusannya tadinya di situ tapi sekarang dipindah ke sebuah gedung di dekat boulevard.

Aku kemudian menuju ke tempat yang ditunjukkan itu. Sampai di sana, aku mengalami kejadian tidak menyenangkan, yaitu dicuekin pada saat bertanya. Petugas yang aku tanyai sama sekali tidak menjawab pertanyaanku padahal 2 kali aku mengulang pertanyaan. Melihatku pun tidak! (aku rasa pelayanan kampus harus diperbaharui, petugas-petugas yang jutek sebaiknya diberi kursus untuk tersenyum). Aku kemudian mencari petugas lain yang kira-kira berwajah ramah dan mau menjawab ketika ditanya. Ternyata petugas tersebut menjawab, kalau mengurus surat lunas spp harus ke gedung pusat. (my gosh..apa lagi ini..tadi disuruh ke sini, sekarang disuruh balik ke sana)

Aku kembali ke gedung pusat, lalu bertanya kepada satpam di manakah gedung direktorat keuangan. Satpam menunjukkannya dan berjalankakilah aku dari parkiran menuju ke gedung itu. Di situ tidak banyak antrian, suratku langsung kudapatkan tanpa menunggu lama (mbo dari tadi to yoo).

Dari gedung pusat, aku menuju perpustakaan unit II. Aku sudah bertanya terlebih dahulu kepada petugas gedung pusat letak perpustakaan unit II itu. Jadilah aku berangkat ke sana. Sampai sana, pukul 11.58 menit. Petugas tidak menerima aku dengan alas an saat itu jam istirahat. Haduh, pikirku, kalau semua tempat seperti ini mana ada urusan yang bisa selesai. Orang bisa keluar dari kantor atau pekerjaannya untuk mengurus hal lain di luar kantor adalah pada jam istirahat. Kalau fasilitas publik kampus seperti perpustakaan tutup pada jam istirahat, siapa orang yang bisa mengurus urusannya?

Aku meninggalkan perpus unit II dengan kecewa, lalu menuju sebuah tempat makan di dekat koperasi mahasiswa. Aku terpaksa makan siang padahal belum lapar. Pukul 12.30 aku menuju kampus psikologi saja. Di sana aku bertanya pada pengajaran, di manakah dosenku berada. Thanks God , ternyata beliau ada di gedung paling timur, mengikuti acara ujian terbuka doctor yang pada saat itu memasuki acara ramah tamah. Aku mengantri di belakang beberapa mahasiswa yang juga ingin meminta tanda tangan sambil ber-sumuk ria. Senangnya aku berhasil mendapatkan tanda tangan dosen untuk naskah publikasi yang dengan penuh perjuangan telah kupersiapkan.

Aku lantas menuju ke kantor lamaku, untuk numpang membakar file ke cd (secara ada revisi atas list persyaratan wisuda yang baru disampaikan oleh pengajaran pada hari itu). Jam 13.30 aku kembali ke kampus, menuju perpustakaan fakultas. Di sana aku menyerahkan naskah publikasi dan tesis sekaligus mengurus surat bebas perputakaan. Setelah itu, aku menuju perpustakaan digital untuk menyerahkan cd tesis yang telah kuperbaharui. Tak dinyana, cd itu masih kurang juga. Di dalam file pdf belum kubuat bookmark. Aku kehabisan akal. Sampai petugas perpustakaan digital menyarankan aku untuk membayar 5 ribu rupiah untuk biaya edit.

Jadi begitulah aku meninggalkan perpustakaan digital setelah mendapatkan tanda terima penyerahan cd tesis. Aku menuju perpustakaan paska (yang ternyata jaraknya sangat dekat dengan direktorat keuangan yang tadi sudah aku kunjungi). Hujan mulai turun. Mulanya rintik kemudian kian deras. Aku dengan langkah gontai karena lelah, menaiki tangga menuju lantai 2 gedung perpustakaan. Di sana aku menyerahkan tesis dan cd. Petugas meneliti cd itu dan ternyata menemukan (juga) tidak ada bookmark di dalam file tesisku. Selain itu, juga tidak ada scan lembar pengesahan dan pernyataan. Berdasarkan pengalaman dari perpus fakultas, langsung saja aku tanyakan berapa biaya edit dan sebagainya. Aku disuruh membayar 15 ribu.

Petugas di perpustakaan paska mengetahui bahwa aku akan menuju ke perpustakaan unit II. Sang petugas pun menawarkan untuk membuatkan surat bebas pinjam dari perpustakaan unit II, tapi dengan biaya tambahan 15 ribu. Hohoho, aku bayar saja lah di perpustakaan paska, sehingga tidak perlu repot-repot kembali ke perpustakaan unit II.

Waktu menunjukkan pukul 15.00. Hujan masih cukup lebat. Aku kemudian menuju ke pusat bahasa untuk memastikan apakah pengesahan toeflku sudah selesai. Aku sampai di sana dan pengesahan toeflku sudah jadi. Senangnya aku. Berarti semua syarat sudah aku penuhi. Dan jadilah aku wisuda......^^,


Komentar

  1. Hoaaaah... Baca postingan ini bikin capek. Bukan karena panjang, tapi karena seakan2 ikut mondar-mandir kesana kesini, jadi ngos2an.
    Hoaaaah... #dudukleyeh2

    BalasHapus
  2. hihihihi..memang pusing kalau cuma punya waktu 1 hari untuk ngurusin sekian banyak surat...*untung udah kelar* capedewh ^^,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ice Breaking Game

Tangkap Jari

Rahasia Kesuksesan Yusuf