Curhat aaahh...

Pagi ini, hujan, saya dan suami yang tengah bersiap berangkat ke kantor lalu mengenakan jas hujan agar tidak basah kuyub. Maklum, kami naik bebek plastik setengah besi. Sampai di stasiun Depok hujan terus mengguyur, suami saya pun segera berlalu menuju Cibubur sedang saya menapaki tangga peron 1 stasiun dengan penuh harapan.

Kemudian terdengar pengumuman dari petugas stasiun, bahwa kereta Bogor-Jakartakota mengalami pemeriksaan rangkaian di stasiun Citayam. Ganteng, pikir saya. Kalau satu kereta mogok maka kereta lain setelahnya yang dari Bogor bakal tertahan. Saat itu pukul 6.15 menit. Semakin lama semakin banyak orang yang datang ke stasiun. Peron pun semakin penuh dengan para pekerja (ada anak sekolah juga sih, beberapa). 


Harapan pun digantungkan pada kereta Balik Depok di jalur 2 (kereta balik = kereta yang sampai situ aja trus balik. Jadi balik Depok = cuma sampai Depok lalu balik lagi ga lanjut ke Bogor). Pukul 6.39, datanglah kereta balik Depok jurusan Tanah Abang - Jatinegara. Antrian berjubel sehingga saya tidak dapat masuk ke keretanya. Tentu saja, sebegitu banyak orang yang ingin naik. Padahal ini kereta balik lho. 



Saya kemudian terduduk di kursi peron (beruntung pas ada ibu-ibu yang mungkin udah ga betah duduk di kursi besi). Perut saya bunyi-bunyi, tanda lapar. Bila dibiarkan bisa masuk angin, pikir saya. Segeralah saya beranjak, keluar dari stasiun menuju warung bakso. Sarapan dulu deh biar kuat. Pukul 7.05 saya kembali lagi ke stasiun, berharap dapat naik kereta balik yang jam 7.20. Ternyata tak bisa. Penuh.


Saya lalu kembali ngantri di jalur 1, menunggu kereta dari Bogor, karena ternyata yang mogok di Citayam itu telah berhasil dievakuasi ke Dipo Depok. Di antrian itu sudah banyak menunggu ibu-ibu yang berambisi untuk naik kereta. Karena saya sudah ngantri duluan jadi saya berada di baris kedua di antrian itu. Indahnya saat kereta yang datang berhenti dan pintunya tepat di depan saya berbaris. Sip, pikir saya. 

Ternyata oh ternyata, para ibu yang ngantri di samping saya memiliki kekuatan super. Begitu pintu kereta terbuka, saya terdorong ke samping kiri karena mereka yang di samping kanan kepingin naik. Dan yang di samping kiri saya mendorong saya ke samping kanan karena mereka juga kepingnin naik. Badan saya sudah terjepit. Beruntung ibu-ibu di belakang saya juga tangguh. Mereka mendorong saya ke depan, dan naiklah saya ke dalam kereta. (horeee).

Sudah naik di dalam kereta berarti satu masalah sudah selesai. Paling tidak, bisa sampai di kantor walaupun terlambat. Di dalam kereta, karena peminat yang banyak dan kuota terbatas, maka berdiri di kereta dalam posisi tidak wajar pun saya jabanin. Saya berdiri dengan posisi bertumpu pada satu kaki, bahu kiri menjorok ke depan, pantat agak mundur ke belakang dan tangan berpegangan di besi atas. Itu mulai dari naik, sampai ke Cawang. Lumayan, itung-itung latihan otot hehe...

***

Mau ngantor, saya dan banyak orang lainnya di Jabodetabek harus melalui perjalanan panjang. Dan saya yakin, yang naik kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum seperti bis dan mikrolet juga tidak mudah ke kantor. Nah, motivasi eksternal seperti duit sepertinya kurang cukup. Nyampe kantor kalau cuma mau duit doang jarang untuk dapat membuat seseorang bekerja sepenuh hati dan maksimal. Paling mungkin asal kerja yang penting jadi. Motivasi internal seperti pengembangan diri dan pencapaian pribadi-lah yang dapat membuat seseorang bekerja dengan penuh semangat dan memberi hasil maksimal. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ice Breaking Game

Tangkap Jari

Rahasia Kesuksesan Yusuf